Kamis, 01 Maret 2012

Kisah Siti Asiah istri Fir'aun Yang Shalehah dan Masyitoh


"Semoga muslimah sekalian bisa mengambil hikmah dan mengikuti jejak keduanya,
meninggal dalam keadaan teguh menggenggam "Tauhid." "

Alkisah di negeri Mesir, Fir'aun terakhir yang terkenal dengan keganasannya
bertahta. Setelah kematian sang isteri, Fir'aun kejam itu hidup sendiri tanpa
pendamping. Sampai cerita tentang seorang gadis jelita dari keturunan keluarga
Imran bernama Siti Asiah sampai ke telinganya.

Fir'aun lalu mengutus seorang Menteri bernama Haman untuk meminang Siti Asiah.
Orangtua Asiah bertanya kepada Siti Asiah :
"Sudikah anakda menikahi Fir'aun ?"
"Bagaimana saya sudi menikahi Fir'aun. Sedangkan dia terkenal sebagai raja yang
ingkar kepada Allah ?"
Haman kembali pada Fir'aun. Alangkah marahnya Fir'aun mendengar kabar penolakan
Siti Asiah.
"Haman, berani betul Imran menolak permintaan raja. Seret mereka kemari. Biar
aku sendiri yang menghukumnya !"

Fir'aun mengutus tentaranya untuk menangkap orangtua Siti Asiah. Setelah
disiksa begitu keji, keduanya lantas dijebloskan ke dalam penjara. Menyusul
kemudian, Siti Asiah digiring ke Istana. Fir'aun kemudian membawa Siti Asiah ke
penjara tempat kedua orangtuanya dikurung. Kemudian, dihadapan orangtuanya yang
nyaris tak berdaya, Fir'aun berkata:"He, Asiah. Jika engkau seorang anak yang
baik, tentulah engkau sayang terhadap kedua orangtuamu. Oleh karena itu, engkau
boleh memilih satu diantara dua pilihan yang kuajukan. Kalau kau menerima
lamaranku, berarti engkau akan hidup senang, dan pasti kubebaskan kedua
orangtuamu dari penjara laknat ini. Sebaliknya, jika engkau menolak lamaranku,
maka aku akan memerintahkan para algojo agar membakar hidup-hidup kedua
orangtuamu itu, tepat dihadapanmu."

Karena ancaman itu, Siti Asiah terpaksa menerima pinangan Fir'aun. Dengan
mengajukan beberapa syarat :
Fir'aun harus membebaskan orangtuanya.
Fir'aun harus membuatkan rumah untuk ayah dan ibunya, yang indah lagi lengkap
perabotannya.
Fir'aun harus menjamin kesehatan, makan, minum kedua orangtuanya.
Siti Aisyah bersedia menjadi isteri Fir'aun. Hadir dalam acara-acara tertentu,
tapi tak bersedia tidur bersama Fir'aun.
Sekiranya permintaan-permintaan tersebut tidak disetujui, Siti Asiah rela mati
dibunuh bersama ibu dan bapaknya.

Akhirnya Fir'aun menyetujui syarat-syarat yang diajukan Siti Asiah. Fir'aun
lalu memerintahkan agar rantai belenggu yang ada di kaki dan tangan orangtua
Siti Asiah dibuka. Singkat cerita, Siti Asiah tinggal dalam kemewahan Istana
bersama-sama Fir'aun. Namun ia tetap tak mau berbuat ingkar terhadap perintah
agama, dengan tetap melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

Pada malam hari Siti Asiah selalu mengerjakan shalat dan memohon pertolongan
Allah SWT. Ia senantiasa berdoa agar kehormatannya tidak disentuh oleh orang
kafir, meskipun suaminya sendiri, Fir'aun. Untuk menjaga kehormatan Siti Asiah,
Allah SWT telah menciptakan iblis yang menyaru sebagai Siti Asiah. Dialah iblis
yang setiap malam tidur dan bergaul dengan Fir'aun.

Fir'aun mempunyai seorang pegawai yang amat dipercaya bernama Hazaqil. Hazaqil
amat taat dan beriman kepada Allah SWT. Beliau adalah suami Siti Masyitoh, yang
bekerja sebagai juru hias istana, yang juga amat taat dan beriman kepada Allah
SWT. Namun demikian, dengan suatu upaya yang hati-hati, mereka berhasil
merahasiakan ketaatan mereka terhadap Allah. Dari pengamatan Fir'aun yang kafir.
Suatu kali, terjadi perdebatan hebat antara Fir'aun dengan Hazaqil, disaat
Fir'aun menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang ahli sihir, yang menyatakan
keimanannya atas ajaran Nabi Musa a.s. Hazaqil menentang keras hukuman
tersebut.

Mendengar penentangan Hazaqil, Fir'aun menjadi marah. Fir'aun jadi bisa
mengetahui siapa sebenarnya Hazaqil. Fir'aun lalu menjatuhkan hukuman mati
kepada Hazaqil. Hazaqil menerimanya dengan tabah, tanpa merasa gentar sebab
yakin dirinya benar.

Hazaqil menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan tangan terikat pada pohon
kurma, dengan tubuh penuh ditembusi anak panah. Sang istri, Masyitoh, teramat
sedih atas kematian suami yang amat disayanginya itu. Ia senantiasa dirundung
kesedihan setelah itu, dan tiada lagi tempat mengadu kecuali kepada
anak-anaknya yang masih kecil.

Suatu hari, Masyitoh mengadukan nasibnya kepada Siti Asiah. Diakhir pembicaraan
mereka, Siti Asiah menceritakan keadaan dirinya yang sebenarnya, bahwa iapun
menyembunyikan ketaatannya dari Fir'aun. Barulah keduanya menyadari, bahwa
mereka sama-sama beriman kepada Allah SWT dan Nabi Musa a.s.

Pada suatu hari, ketika Masyitoh sedang menyisir rambut puteri Fir'aun, tanpa
sengaja sisirnya terjatuh ke lantai. Tak sengaja pula, saat memungutnya
Masyitoh berkata : "Dengan nama Allah binasalah Fir'aun."

Mendengarkan ucapan Masyitoh, Puteri Fir'aun merasa tersinggung lalu mengancam
akan melaporkan kepada ayahandanya. Tak sedikitpun Masyitoh merasa gentar
mendengar hardikan puteri. Sehingga akhirnya, ia dipanggil juga oleh Fir'aun.
Saat Masyitoh menghadap Fir'aun, pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya
adalah : "Apa betul kau telah mengucapkan kata-kata penghinaan terhadapku,
sebagaimana penuturan anakku. Dan siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini
?"

"Betul, Baginda Raja yang lalim. Dan Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya
menguasai segala alam dan isinya."jawab Masyitoh dengan berani.
Mendengar jawaban Masyitoh, Fir'aun menjadi teramat marah, sehingga
memerintahkan pengawalnya untuk memanaskan minyak sekuali besar. Dan saat
minyak itu mendidih, pengawal kerajaan memanggil orang ramai untuk menyaksikan
hukuman yang telah dijatuhkan pada Masyitah. Sekali lagi Masyitoh dipanggil dan
dipersilahkan untuk memilih : jika ingin selamat bersama kedua anaknya,
Masyitoh harus mengingkari Allah. Masyitoh harus mengaku bahwa Fir'aun adalah
Tuhan yang patut disembah. Jika Masyitoh tetap tak mau mengakui Fir'aun sebagai
Tuhannya, Masyitoh akan dimasukkan ke dalam kuali, lengkap bersama kedua
anak-anaknya.

Masyitoh tetap pada pendiriannya untuk beriman kepada Allah SWT. Masyitoh
kemudian membawa kedua anaknya menuju ke atas kuali tersebut. Ia sempat ragu
ketika memandang anaknya yang berada dalam pelukan, tengah asyik menyusu.
Karena takdir Tuhan, anak yang masih kecil itu dapat berkata, "Jangan takut dan
sangsi, wahai Ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah
SWT. Dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita."

Masyitoh dan anak-anaknyapun terjun ke dalam kuali berisikan minyak mendidih
itu. Tanpa tangis, tanpa takut dan tak keluar jeritan dari mulutnya. Saat
itupun terjadi keanehan. Tiba-tiba, tercium wangi semerbak harum dari kuali
berisi minyak mendidih itu.

Siti Asiah yang menyaksikan kejadian itu, melaknat Fir'aun dengan kata-kata
yang pedas. Iapun menyatakan tak sudi lagi diperisteri oleh Fir'aun, dan lebih
memilih keadaan mati seperti Masyitoh.

Mendengar ucapan Isterinya, Fir'aun menjadi marah dan menganggap bahwa Siti
Asiah telah gila. Fir'aun kemudian telah menyiksa Siti Asiah, tak memberikan
makan dan minum, sehingga Siti Asiah meninggal dunia.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Siti Asiah sempat berdoa kepada Allah
SWT, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :

"Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata : "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi_mu
dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (Q.S. At-Tahrim [66] : 11)

Demikian kisah Siti Asiah dan Masyitoh. Semoga muslimah sekalian bisa mengambil
hikmah dan mengikuti jejak keduanya, meninggal dalam keadaan teguh menggenggam
"Tauhid."

Jumat, 24 Februari 2012

SEJARAH KERAJAAN ACEH

a.      Letak Kerajaan
       Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai Kerajaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya aktivitas pelayaran perdagangan melalui bandar – bandar perdagangan Kerajaan Aceh, mempengaruhi perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya.
b.      Kehidupan Politik
       Berdasarkan Bustanus salatin ( 1637 M ) karangan Naruddin Ar-Raniri yang berisi silsilah sultan – sultan Aceh, dan berita – berita Eropa, Kerjaan Aceh telah berhasil membebaskan diri dari Kerajaan Pedir. Raja – raja yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh :

1.       Sultan Ali Mughayat Syah
Adalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 – 1528 M. Di bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
        
2.       Sultan Salahuddin
Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemeintahan beralih kepada putranya yg bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 – 1537 M, selama menduduki tahta kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh karena itu, Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin Riayat Syah al-Kahar.
        
3.       Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 – 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.

Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap  Kerajaan Malaka ( tetapi gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya, kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi.
4.       Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 – 16 36 M. Di bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn menjadi bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia barat.
Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Ace, Sultan Iskandar Muda meneruskan perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah – daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda juga menolak permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian barat. Selain itu, kerajaan Aceh melakukan pendudukan terhadap daerah – daerah seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri, sehingga di bawah pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang sangat luas.
Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace, yaitu Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-Syamsi. Setelah Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani
5.       Sultan Iskandar Thani.
Ia memerinatah Aceh tahun 1636 – 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. Sebagai ulama besar, Nuruddin ar-Raniri sangat di hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya serta oleh rakyat Aceh. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar Thani ) dgn gelar Putri Sri Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).

6.   Sultan Sri Alam (1575-1576).
7.   Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).
8.   Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589)
9.   Sultan Buyong (1589-1596)
10. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604).
11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636).
13. Iskandar Thani (1636-1641).
14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675).
15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678)
16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688)
17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699)
18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)
21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)
22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)
23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735)
24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760)
25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)
26. Sultan Badr al-Din (1781-1785)
27. Sultan Sulaiman Syah (1785-…)
28. Alauddin Muhammad Daud Syah.
29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815) dan (1818-1824)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
c.      Kehidupan Ekonomi
         Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang pesat. Dearahnya yg subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.
         Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka  yg merupakan jalan dagang internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dgn Aceh. Barang – barang yg di ekspor Aceh seperti beras, lada ( dari Minagkabau ), rempah – rempah ( dari Maluku ). Bahan impornya seperti kain dari Koromendal 
( india ), porselin dan sutera ( dari Jepang dan Cina ), minyak wangi ( dari Eropa dan Timur Tengah ). Kapal – kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.
d.      Kehidupan Sosial
       Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedabg kaum ulama yg memegang peranan penting dlm agama disebut golongan Teungku. Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yg kemudian melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak ( abad ke-12 M s/d ke-13 M ) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pd masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan & berkembang sampai di daera – daerah kekuasaan Aceh.
         Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yg di teruskan oleh muridnya yg bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Mud wafat, aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yg berjudul Bustanussalatin ( taman raja – raja dan berisi adat – istiadat Aceh besrta ajarn agama Islam )
e.      Kehidupan Budaya
         Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang kebudayaan. Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk sepesat perkembangan dalam ativitas perekonomian. Peninggalan kebuadayaan yg terlihat nyata adala Masjid Baiturrahman.
Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh
*    Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tdk ada raja – raja besar yg mampu mengendalikan daerah Aceh yg demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar Thani ( 1637 – 1641 ), sebagai pengganti Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu mulai terasa & terlebih lagi setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani.
*    Timbulnya pertikaian yg terus menerus di Aceh aantara golongan bangsawan ( teuku ) dgn golongan utama ( teungku ) yg mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh. Antara golongan ulama sendiri prtikaian terjadi karena prbedaan aliran dlmm agama ( aliran Syi’ah dan Sunnah wal Jama’ah )
*    Daerah kekuasaannya banyak yg melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau, dan Siak. Negara – negara itu menjadikan daerahnya sbg negara merdeka kembali, kadang – kadang di bantu bangsa  asing yg menginginkan keuntungan perdagangan yg lebuh besar.
Kerajaan Aceh yg berkuasa selama kurang lebih 4 abad, akhinya runtuh karena dikuasai oleh Belanda awal abad ke-20.

Selasa, 10 Januari 2012

PERTUMBUHAN , PERKEMBANGAN TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN

1. Pertumbuhan Tanaman
 Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah.
Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air, C02, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses fotosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbsi dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari respirasi.

2.  Perkembangan Tanaman
 
Perkembangan mencakup diferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi.
Perkembangan dari tanaman bersel banyak, terlaksana dengan proses mitosis, sel-sel tertentu berperan dalam mengatur diferensiasi, pengaturan ini berlangsung dengan media "utusan kimia" yang ditunjukkan oleh pengatur pertumbuhan.   
Pengatur pertumbuhan adalah zat organik yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin, giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksis, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auxin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin.
Giberelin ditemukan dari studi mengenai pertumbuhan yang berlebihan dari padi yang diserang suatu jenis cendawan.
      Pengaruh pertumbuhan pada banyak tipe tanaman roset. Pemberian sedikit saja mengubah tipe semak ke tipe menjalar, pengaruh proses perkembangan terutama yang dikendalikan oleh suhu dan cahaya termasuk dormansi biji.
      Sitokinin kelompok zat kimia yang mempengaruhi pembelahan sel. Kebanyakan sitokinin adalah purin. Banyak kinin ditemukan dalam penelitian menyangkut kultur jaringan. Sel-sel yang sudah tidak membelah, bila diberi kinetin dapat membelah lagi. Kinin dan auksin berinteraksi dalam mempengaruhi diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan kinin rendah menimbulkan perkembangan tunas. Sitokinin terdapat dalam buah dan biji (misalnya endosperm jagung dan air kelapa)

3.  Fase -fase pertumbuhan dan karbohidrat
 
Fase vegetatif; terutama perkembangan akar, batang dan daun. Fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi.
      Pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.
Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel, proses ini membutuhkan;       (1) Pemberian air; (2) Hormon untuk merentangkan dinding sel; (3) Tersedianya gula.
Fase reproduktif: terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpan makanan.
Fase ini berhubungan dengan proses: (l) Pembelahan sel relatif sedikit;        (2) Pendewasaan jaringan; (3) Penebalan serabut; (4) Pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga; (5) Perkembangan kuncup bunga, buah dan biji serta alat penyimpan; (6) Pembentukan koloid hidrofilik.
Fase reproduktif ini memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk perkembangan akar, batang, dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji serta alat penyimpan.
Perimbangan fase vegetatif, reproduktif dan tipe pertumbuhan.
Umumnya semua tanaman memerlukan dominansi dari fase vegetatif selama tahap semai. Setelah tahap ini, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok:
a.  Tanaman berbatang basah yang memerlukan dominansi fase vegetatif
     selama tahap pertama hidupnya dan dominansi fase reproduktif selama
     masa akhir hidupnya.
b.  Tanaman berbatang basah yang tidak memerlukan dominansi dari kedua
     kedua fase vegetatif maupun reproduktif
c.  Tanaman berkayu yang memeriukan dominansi fase vegetatif selama
     tahap pertama tiap musim dan dominansi fase reproduktif selama bagian
     akhir musim.

4.  Faktor Lingkungan Dalam Kehidupan Tanaman
 
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu, dan cahaya.
      Peranan tanah tergantung pada kondisi mineral organik, bahan organik tanah, organisme tanah, atmosfer tanah dan air tanah. Dalam hal ini tingkat kesuburan tanah (kimiawi, fisik, dan biologis) sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman.
      Peranan suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tingg dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.
      Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 – 0,7 milimikron). Sebagai sumber energi  pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik










Kamis, 08 September 2011

BIOLOGI PENYAKIT Phytophthora palmivora BUSUK BUAH KAKAO DAN TEKNIK PENGENDALIAN

I.       PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan dan merupakan komoditas ekspor penting di Indonesia, namun pengembangannya secara luas masih menghadapi hambatan antara lain oleh adanya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis penyakit dapat menyerang tanaman kakao, akan tetapi yang sangat penting dan penyebarannya sangat luas adalah penyakit busuk buah atau black pod rot yang disebabkan oleh Phytophthora. Sekurang-kurangnya terdapat tujuh spesies Phytophthora yang teridentifikasi di lapang, akan tetapi ahli mikologi sekarang ini mengkarakterisasi empat spesies utama yang menginfeksi kakao yaitu P. palmivora, P. megakarya, P. capsici dan P. citrophthora (Evan & Priori, 1987).
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara. Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.
Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh P.palmivora menunjukkan gejala serangan berupa adanya bercak hitam kecoklatan yang dimulai dari pangkal buah kemudian menyebar hampir menutupi seluruh permukaan buah dengan warna abu-abu keputih-putihan. Perkembangan bercak cukup cepat, sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan dan isi buah menjadi busuk. Gejala busuk biasanya lebih banyak pada buah yang dewasa. Apabila buah dibuka maka akan terlihat daging buah telah membusuk dan berwarna hitam serta biji menjadi rusak. Jamur ini mempunyai miselium dan hifa yang tidak bersepta, mempunyai cabang yang banyak dan kaku.










II.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Deskripsi Penyakit Phytophthora palmivora
Penyakit busuk buah pada tanaman kakao disebabkan oleh Phytophthora palmivora menurut anonim (2008), cendawan ini tergolong dalam :
Klasifikasi phytophthora palmivora
Kingdom         : Stramenophiles
Kelas               : Oomycetes
Ordo                : Peronosporales
Famili              : Pythiaceae
Genus              : Phytophthora
Spesies            : Phytophtora palmivora Butler
Phytophtora palmivora memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam family (Chee, 1969). Untuk dapat berkembang biak, cendawan ini memerlukan temperatur dan kelembaban udara tertentu. Perkembangan penyakit makin tinggi pada temperatur optimum 31oC (Tucker, 1931 dalam Agrios 1996). Cendawan ini telah dikenal sejak tahun 1886 di Indonesia dan menjadi penyakit penting pada tanaman perkebunan (Muller, 1935 dalam Agrios, 1996). P. palmivora dapat menyerang bermacam-macam tanaman, dengan demikian sumber inokulum selalu ada dilapangan. Namun yang dianggap sumber inokulum paling penting adalah tanah.

2.2.   Morfologi Phytophthora palmivora
Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang (Gregor, 1984). Pada perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium. Cendawan P. palmivora merupakan cendawan yang mempunyai miselium yang menghasilkan oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi (Agrios, 1996). Zoosporangium dihasilkan sepanjang hifa somatik atau pada ujung hifa dan seperangkat hifa bebas. Sporangium berukuran 36 - 80 x 26 - 40 (av 57 x 34) mikron. Oogonium berkisar 26 - 36 dan 22 - 32 mikron. Klamidospora siap dibentuk yang memiliki ukuran 32 - 48 mikron (Jhonson, et al., 1999).
Zoospora keluar satu persatu melalui papilia yang terdapat pada ujung sporangium. Zoospora mempunyai dua flagella yang tidak sama panjangnya. Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron diketahui bahwa flagella yang pendek (anterior) mempunyai benang-benang yang disebut mastigonema, sedang yang panjang (posterior) berbulu sangat halus. Jenis Phytophthora sp. tertentu membentuk klamidospora bulat, terminal atau interkalar, berdinding agak tebal, mula-mula hialin, akhirnya berwarna kecoklat-coklatan (Semangun, 1991).
2.3.   Daur Hidup Phytophthora palmivora
Cendawan yang mengadakan infeksi pada buah dapat bersumber dari tanah, batang yang sakit kanker batang, buah yang sakit, dan tumbuhan inang lainnya (Semangun, 1996).
P. palmivora terutama bertahan dalam tanah. Dari sini dapat terbawa oleh percikan air hujan ke buah-buah yang dekat tanah. Setelah mengadakan infeksi, dalam waktu beberapa hari P. palmivora pada buah dapat menghasilkan sporangium. Sporangium dapat terbawa oleh percikan air atau oleh angin dan mencapai buah-buah yang lebih tinggi. Cendawan berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, antara lain semut, sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi. Dari buah-buah yang tinggi, sporangium dapat terbawa air ke buah-buah dibawahnya (Semangun, 1996). Cendawan ini dapat bertahan dalam berbulan-bulan di dalam tanah dalam bentuk siste (Khlamidospora) (Susanto, 1995).
Dari buah yang terserang P. palmivora dapat berkembang melalui tangkai dan menyerang bantalan bunga, dan dapat berkembang terus sehingga menyebabkan terjadinya, penyakit kanker batang. Dari sini kelak dapat kembali menyerang buah (Semangun, 1996).
Infeksi P. palmivora dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan air hujan melalui permukaan tanah, serangga,. Biji didalam buah akan rusak selang 15 hari setelah terinfeksi (Siregar dkk, 2000).
P. palmivora dapat menyerang bermacam-macam tanaman. Meskipun demikian belum diketahui dengan pasti dari berbagai tanaman tadi semuanya dapat menimbulkan penyakit pada kakao (Susanto, 1995).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber infeksi selalu ada. Namun yang dianggap sebagai sumber infeksi yang paling utama adalah tanah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengendalikan P. palmivora di dalam tanah tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan (Susanto, 1995).
2.4.   Gejala Serangan dan Arti Ekonomi
Infeksi P. palmivora pada buah menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Pembentukan spora terlihat dengan adanya warna putih di atas bercak hitam yang telah meluas. Pada temperatur 27,5 sampai 30o C pertumbuhan spora ini sangat cepat. Infeksi P. palmivora dicirikan dengan adanya bercak berwarna coklat yang mulai dari bagian mana saja. Jaringan yang tidak terinfeksi tampak jelas dan dibatasi oleh permukaan kasar, tetapi bercak dapat berkembang dengan cepat dan seringkali menampakkan pembusukan yang menyeluruh dan berwarna hitam. Pertumbuhan cendawan pada bagian-bagian luar kakao lebih cepat, tetapi infeksi yang menyeluruh dapat menyebabkan kerusakan pada biji (Cook, 1978).
Busuk buah dapat ditemukan pada semua tingkatan buah, sejak buah masih kecil sampai menjelang masak warna buah berubah, umumnya mulai ujung buah atau dekat dengan tangkai kemudian meluas keseluruh permukaan buah dan akhirnya buah menjadi hitam. Pada permukaan buah yang sakit dan menjadi hitam tadi timbul lapisan berwarna putih tepung yang merupakan cendawan sekunder yang banyak membentuk spora. Pada permukaan buah juga banyak ditemukan sporangiofor dan sporangium cendawan.
Kerusakan oleh P. palmivora dapat bervariasi mulai ringan, sedang sampai buah tidak dapat dipanen. Kerusakan berat bila cendawan ini masuk kedalam buah dan menyebabkan pembusukan pada biji. Bila menyerang buah pentil, menyebabkan buah termumifikasi sedangkan serangan pada buah muda menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji. Serangan pada buah yang hampir masak tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan biji namun terjadi biji lembek dan akhirnya penurunan aroma biji yang kurang baik (Semangun, 1996).
Dalam keadaan lembab, cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat. Penyebaran spora dari sumber infeksi ke tempat lain dibantu oleh percikan air dari tanah ke buah bagian bawah, kemudian dari buah yang terinfeksi kebuah yang sehat dengan perantara serangga dan akibat gesekan antar buah yang sakit dengan buah yang sehat dalam kondisi yang baik.
Di Indonesia besarnya kerugian sangat berbeda antara kebun yang satu dengan kebun yang lainnya, bervariasi antara 26% dan 60% (Anonim, 1993). Angka ini bervariasi dari beberapa persen di Malaysia Semenanjung dan 80% - 90% di Kamerun (Gregor, 1984). Di Sumatra Utara, meskipun kakao mulai termasuk golongan Trinitario, mulai ditanam tahun 1940 sampai tahun 1970-an busuk buah tidak dikenal. Baru setelah disana ditanam kakao lindak pada tahun 1970-an busuk buah mulai terdapat semula pada UAH tetapi akhirnya juga terjadi pada Trinitario (Pamata, 1983).


III. TEKNIK PENGENDALIAN
Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara kimiawi (Anonim 2008).
1.   Varietas resisten
Menanam klon-klon yang relatif resisten terhadap penyakit busuk buah P. palmivora yaitu DRC 16, Sca 6, Sca 12 dan ICS 6. (sukamto dan mawardani, 1986 dalam wardojo, 1992)
2.   Kultur Teknis
ü  Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao.
ü  Drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit terhambat.

3.      Mekanis
Buah-buah yang busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah mungkin sehingga terhambat terjadinya infeksi baru.

4.      Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. Fungisida yang dapat digunakan adalah fugisida tembaga 0,3 %, dengan interval dua minggu, dan fungisida maneb 0,2 % dengan interval 1 – 2 minggu. Penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprot 500 1/hari dan dilakukan pada saat buah sebagian besar telah berumur tiga bulan atau panjang buah sekitar 12 cm.
Pestisida
Fungisida-fungisida yang banyak digunakan untuk P. palmivora diantaranya Dithane M-45 atau Manzate 6 masing-masing 800 gr dan 400 gram per ha, Ridomil (0,75 kg) dicampur dengan Cuprox (2,24 gr) per 100 liter air untuk tiap Ha, fungisida Metallic Copper 2,4 kg per ha (Siregar et al., 2002). Fungisida berbahan aktif tembaga (Copper Sandoz, Nordox, Cupravit, Vitigran Blue) dengan konsentrasi 0,3 persen, interval waktu 2 minggu (Anonim, 2004). Waro (1997), mengemukakan bahwa fungisida yang banyak digunakan diantaranya adalah jenis Fosetil-Al dan Ridomil 250 EC (Metalaxil) dan Kocide 101 menghasilkan produksi yang baik dan tahan terhadap P. palmivora.

5.      Pengendalian Secara Biologi
Dengan menggunakan agen hayati dari kelompok jamur yang memiliki beberapa keunggulan sesuai program pengendalian yang ramah lingkungan antara lain mudah didapat karena tersedia di alam, dapat diperbannyak secara sederhana dan efekktif, jamur yang berpotensi untuk mengendalikan secara prefentif yaitu jamur ;
1.      Trichoderma harzianum
2.      Trichoderma viren

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Hama dan Penyakit Tumbuhan. http://en.fokus.com/d/hama-dan-penyakit-pada-tanaman.htm. diaskes pada tanggal 04 Mei 2011.

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press.

Chee SS, Zawiah H, Ismail MN, Ng KK. Antropometry, dietary patterns and nutrient intakes of Malaysian estate workers. Mal J Nutr 1996

Cook, R. J. and K. F. baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of plant pathogens. The American Phytopathological society. St. paul, Minnesota. 539 hal.


Evan, H.C. & C. Priori (1987). Cocoa Pod Diseases. Causal Agents and Control. Outlock on Agricul., 16,35-41.

Semangun, H. 1996. Ilmu Penykit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 529 – 535.

Wardojo, S. 1992. Major pest and diseases managemen in southeast Asia and Australia.FAO of the United Natios. Roma. (112) 63-67.